MAKALAH
Sejarah Peradaban Islam di Indonesia
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok
Dosen Pembimbing : H. Abdulloh Faqih. M. Ag.
Disusun oleh :
M. Ihsan Alamin
JURUSAN
TARBIYYAH(PAI)
UNIVERSITAS
HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG
JOMBANG
2013/2014
PENDAHULUAN
Setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah.
Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas
lagi. Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur
Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh
Islam mulai berkembang hingga Nusantara.
Sejarah mencatat,
kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil
rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari
berbagai penjuru dunia datang ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang
akan dijual kembali ke daerah asal mereka. Termasuk para pedagang dari Arab,
Persia, dan Gujarat. Selain berdagang, para pedagang muslim tersebut juga
berdakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada penduduk lokal.
Islam merupakan salah
satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah
sesuatu yang asing bagi Anda, karena di massa media mungkin Anda sudah sering mendengar
atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam
terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir
pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar
ajaran Islam.
Dari latar belakang
tersebut, penulis dalam makalah ini akan membahas tentang proses masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia dengan rumusan masalah berikut:
1.
Bagaimanakah proses masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimanakah teori tentang masuknya Islam di Indonesia?
3.
Bagaimanakah cara ulama menyebarkan Islam di Indonesia?
PEMBAHASAN
A. MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
a. Teori Masuk dan
Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Proses masuk dan
berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam
bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu:
- Teori
Gujarat
- Teori
Makkah
- Teori
Persia.
Ketiga teori tersebut
di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke
Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke
Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda
simak uraian materi berikut ini;
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa
agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat
(Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
- Kurangnya fakta
yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
- Hubungan dagang
Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur
Tengah – Eropa.
- Adanya batu nisan
Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas
Gujarat.
Pendukung teori Gujarat
adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard Para ahli yang mendukung
teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan
politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari
keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (
Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk
yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran
Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan
teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lamayaitu teori
Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7
dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
- Pada abad ke 7
yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam
(Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita
Cina.
- Kerajaan Samudra
Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i
terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India
adalah penganut mazhab Hanafi.
3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah
ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini
menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya
ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia
(Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat
Islam Indonesia seperti:
- Peringatan 10
Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah / Islam Iran. Di Sumatra
Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan
di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
- Kesamaan ajaran
Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al –
Hallaj.
- Penggunaan istilah
bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda bunyi
Harakat.
- Ditemukannya makam
Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Adanya perkampungan
Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung
teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut,
pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu
berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13.
Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa
Persia dan Gujarat (India).
B.Kerajaan-Kerajaan
Islam Yang Berkembang di IndonesiaSebelum Penjajahan Belanda
a.
Kerajaan Samudera Pasai (sumatra)
Kerajaan
Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini
terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai Kerajaan Islam
diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil islamisasi
daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad
ke-7. Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung
oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai. Husain
Djajadiningrat, sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, memperkirakan waktu
berdirinya adalah 1270 atau 1275 M.Malik al-Saleh, ialah raja pertama yang juga
merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui melalui tradisi Hikayat
Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu,
Dalam
Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Shaleh sebelum menjadi
raja adalah Merah Sile atau Merah Selu.
Adapun
Para Sultan Samudera Pasai diantaranya sebagai berikut
:
1.
Sultan al-Maliku Saleh (1275-1297 M)
2.
Sultan muhammad Malik Az-Zahir (1297-1326 M)
3.
Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1326-1371 M),
4.
Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zahir (1371-1405 M), serta beberapa sultan
lainnya.
Dalam
kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritim ini, tidak memiliki basis agraris.
Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Ditinjau dari segi
geografis dan sosial ekonomis Samudera Pasai ini memang merupakan suatu daerah
penting yang menghubungkan antara pusat-pusat perdagangan yang terdapat
di kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Pada masa kerajaan ini sudah
terdapat mata uang emas yang bertuliskan nama-nama sultan yang berkuasa. Adanya
mata uang dirham tersebut membuktikan bahwa kerajaan ini pada saat itu
merupakan kerajaan yang makmur.
b.
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan
Aceh terletak diaerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar.
Disini pula letak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini
sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat Kerajaan Aceh berdiri pada abad
ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497).
Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya, pada masa
pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang
perdagangan, karena saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan
Malaka, memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis
(1511 M). Sebagai akibat dari penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang
yang sebelumnya dari Laut Jawa ke Utara melalui selat Karimata terus ke Malaka,
pindah melalui selat Sunda dan menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh.
Dengan demikian Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai
negeri. H,J. De Graaf berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali
Mughayat Syah.
Sultan-sultan
yang pernah memerintah Aceh diantaranya sebagai berikut:
1.
Sultan JohanSyah
2.
Sultan Riayat Syah
3.
Sultan Mahmud Syah
4.
Sultan Firman Syah, dan beberapa Sultan lainnya.
Peletak
dasar kebesaran Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar
Al-Qahar. Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh
pelabuhan pesisir Timur dan Barat Sumatera.
Tidak
seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar
Tsani bersikap lebih liberal, lembut dan adil. Pada masaanya Aceh terus
berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan
tetapi kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana, setelah sultan-sultan
berikunya berkuasa sekitar abad ke-18 kerajaan ini mulai runtuh dan terpecah
belah.
c. Kerajaan Demak
Kesultanan
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri awal abad ke-16.
kemunculannya dapat disebut babak baru dan penting dalam proses islamisasi di
tanah Jawa, setelah sebelumnya lebih terkonsentrasi di pusat-pusat perdagangan
di pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, dan Giri.
Sebelum
muncul sebagai kerajaan bercorak Islam, Demak merupakan daerah kekuasaan
Majapahit. Sebelumya, Demak bernama Bintoro; olehMajapahit kemudian diberikan
kepada Raden Patah. Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan Islam
yang diselenggarakan oleh para wali.Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta, para
wali yang dikenal sebagi Wali Songo sepakat mengangkat Raden Patah sebagai raja
pertama kerajaan Demak dengann gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panatagama. Masa pemerintahannya berlangsung sekitar
akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Raden Patah adalah seorang anak Raja
Majapahit dari seorang ibu Muslim keturunan Campa.
Pengganti
Raden Patah sebagai raja Demak ialah anaknya sendiri yakni Pangeran Sabrang
Lor, yang dikenal dengan Adipati Unus. Masa pemerintahannya cukup singkat,
sebab tentaranya mengalami kekalahan besar terhadap Portugis. Kemudian Pati
Unus digantikan oleh Trenggono yang memerintah selama 22 tahun (1524-1546),
yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan
keseluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Daerah-daerah di
Jawa, baik di daerah pantai maupun pedalaman, dibawah hegemoni politik Demak.
Kota-kota pelabuhan penting , yang menjadi pusat perdagangan di bawah dominasi
Sunda Kelapa, dapat ditaklukan pada tahun 1527 M. Penaklukan tersebut dilakukan oleh
pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah komando Fadhilah Khan atau
Fatahelah.
Pada
tahun 1546 M dalam penyerbuan ke Panarukan, Sultan Trenggono terbunuh dan
digantikan oleh adiknya, Prawoto. Pemberontakan mengakibatkan Prawoto terbunuh
dan kerajaan berakhir dengan pemindahan pusat kerajaan ke Pajang oleh Jaka
Tingkir.
d. Kerajaan Pajang
Setelah
memindahkan ke Pajang, mulailah kerajaan Pajang berdiri dengan Jaka Tingkir
sebagaif sultannya. Ia bergelar Adiwijaya. Kesultanan ini berada di Kertasura
sekarang dan penaklukan ke daerah-daerah sekitar. Ia meluruskan pengarahanya
ke Banyumas dan Madiun.
Sultan
Pajang wafat pada 1587 dan digantikan oleh putranya Pangeran Benawa. Usia
kesultanan ini tidak panjang karena kemudian kekuasaannya diambil alih oleh
kerajaan Mataram.
Pada
tahun 1618 Kerajaan Pajang memberontak terhadap Mataram yang ketika itu berada
di bawah pimpinan Sultan Agung. Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri ke
Giri dan Surabaya. Riwayat keajaan pajang berakhir tahun 1618.
e. Kerajaan Mataram
Awal
dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta
bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi
dan menumpas pemberontakan Aria Panangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya,
Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang
menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada
tahun 1577 M, Ki Gede Pamenahan menempati istana barunya di Mataram. Kemudian
ia digantikan oleh puteranya, Senopati, tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan
Pajang. Kemudian Senopatilah yang dianggap sebagai Sultan Mataram pertama.
Senopati
meninggal dunia pada tahun 1601 M, dan digantikan oleh puteranya Seda Ing
Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Kemudian ia juga wafat dan
digantikan oleh puteranya, Sultan Agung. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur
sudah berada di bawah kekuasaanya. Di masa sultan Ageng inilah kontak-kontak
bersenjata dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, Sultan Agung menetapkan
Amangkurat I sebagai Putera Mahkota. Sultan Agung wafat tahun 1646
M dan dimakamkan di Imogiri, hingga ia digantikan oleh putera Mahkota.
Pada
masa pemerintahan Amangkurat I terjadilah banyak konflik serta
pemberontakan-pemberontakan yang terjadi hingga akhirnya kerajaan ini runtuh.
f. Kesultanan Cirebon
Kesultanan
Cirebon adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan
oleh Sultan Gunung Jati. Pada mulanya Cirebon merupakan daerah kekuasaan pakuan
Pajajaran. Akan tetapi, Syarif Hidayat yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati,
berhasil meningkatkan status Cirebon sebagai daerah kerajaan.
Sunan
Gunung Jati lahir tahun 1448 M, dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120
tahun. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah
lain di Jawa Barat, seperti Majlengk, Kuningan, Kawalih,Sunda Kelapa, dan
Banten. Dasar pengembangan Islam dan perdagangan kaum muslimin di Banten
diletakkan oleh Sunan Gunung Jati tahun1524 atau 1525. ketika ia kembali ke
Cirebon Banten diserahkan kepada anaknya Hasanuddin. Keturunan sultan inilah
yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.
g. Kerajaan Banten
Kesultanan
Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat.
Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak merebut pelabuhan
Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi
ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu
pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang),
Sunda Kalapa dan Cimanuk. Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah
dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak.
Menurut pelurusan Sejarah, Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin
nikah dengan Putri Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar
(Maulana Yusuf), pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin
dengan Sultan Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang anak
ketiga Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin bergelar
Alamsyah) Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570).
Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana
Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda.
Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh
Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama (inilah Sejarah Bikinan
Belanda).
Menurut
Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Muhammad bukan anak dari Maulana Yusuf tetapi
anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan nama lengkap Sultan Muhammad
Nazaruddin "Alams
yah"
dikawal oleh empat Pengawal Kesultanan masing-masing bernama Ananta Kusuma,
Daeng, Nata Kusuma dan Jalaluddin pada saat itu Sultan Muhammad Nazaruddin yang
bergelar Alamsyah berusia 19 tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa
Inggeris masuk ke Palembang, bukan untuk memerangi palembang tetapi menyambangi
keluarga (Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah dengan Sultan
Mahmud Badaruddin II).
Kerajaan
Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah
atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan
Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju
pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut
kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung.
Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai
oleh kesultanan Banten.
Pada
zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung
diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor
Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di
Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus
1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada
tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh
Thomas
Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari
penghancuran Surasowan oleh Gubernur-
Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun
1808.
C. Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku
dan Sulawesi
a. Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan
Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang bercorak Hindu.
Peristiwanya dimulai ketika ada pertentangan dalam keluarga istan, Antara
Pangeran Samudera sebagai pewaris sah Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran
Tumenggung. Seperti dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama
merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat agar yang menggantikannya nanti
ialah cucunya, Raden Samudera. Keempat puteranya tidak setuju dengan wasiat
tersebut, terutama Pangeran Tumanggung. Setelah Sukarama wafat, jabatan raja
dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi. Saat itu Pangeran
Samudera baru berusia 7 tahun. Tak beberapa lama menjabat, Mangkubumi terbunuh
oleh pegawai istana yang dihasut Tumanggung.. maka Pangeran Tumanggung tampil
sebagai raja Daha.
Pangeran
Samuderapun berkelana dan kemudian diasuh oleh Patih Masih, serta berhasil
menghimpun kekuatan hingga berhasil menguasai Muara Baha. Atas saran Patih,
maka Pangeran Samudera meminta bantuan pada raja Demak, dan Sultan Demak
berjanji membantunya dengan syarat ia akan masuk Islam. Sultan Demak kemudian
mengirim seribu tentara dengan seorang penghulu bernama Khtib Dayan untuk
mengislamkan orang Banjar. Dalam peperangan itu Pangeran Samudera memperoleh
kemenangan, dan masuk Islam dengan diberi nama Sultan Suyanullah atau
Suriansyah, serta dinobatkan sebagai raja Banjar pertama (1526 M).
Sultan
Suryanullah diganti oleh putera tertuanya yang diberi gelar Sultan Rahmatullah,
yang kemudian digantikan Sultan Hidayatullah (putera Rahmatullah) dan Marhum
Panembahan atau Sultan Mustainnullah. Pada masa Marhum Panembahan inilah, Ibu
kota kerajaan berpindah-pindah. Hal ini disebabkan pihak Belanda yang
menyebabkan huru-hara dikerajaan ini.
b. Kerajaan Kutai di Kalimantan Barat
Penyebaran
Islam di Kutai terjadi ketika masa Pemerintahan Raja Mahkota. Ajaran Islam itu
dbawa oleh dua tokoh, yakni Dato Ri Bandang dari Makassar dan Tuan Tunggang
Parangan. Dari sinilah Raja Mahkota Masuk Islam dan Mulai menyebarkan Islam
dengan Pedang. Proses Islamisasi ini diperkirakan berlangsung tahun 1575.
Penyebaran Islam selanjutnya dieruskan oleh
anaknya, yaitu Aji di Langgar serta para pengganti-penggantinya yang lain.
2. Maluku
Islam
mencapai maluku sebagai pusat rempah-rempah pada pertengahan terakhir abad
ke-15. Raja kerajaan Ternate yang bernama Vongi Tidore mulai masuk Islam
tahun1460. namun H.J de Graaf berpendapat bahwa raja pertama yang Islam ialah
Zaiynal Abidin(1486-1500 M). DI masa itu, gelombang perdagangan muslim semakin
meningkat, dan hal itu menyebabkan raj menyerah kepada tekanan dan memutuskan
untuk belajar agama Islam di madrasah Giri
3. Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo,
SopengdanLuwa)
Kerajaan
Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang sering disebut kerajaan makassar.
Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, yang merupakan
daerah transito yang strategis.
Sejak
Kerajaan ini tampil sebagai pusat pedagangan laut, kerajaan ini menjalin
hubungan baik dengan keajaan Ternate yang telah menerima Islam dari Giri.
Dibwah pemerintahan Sultan Babullah, ternate mengadakan perjanjian dengan
Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, namun gagal.
Kerajaan
ini masuk Islam baru ketika Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan ini. Raja
pertama yang masuk Islam ialah Sultan Alauddin (1591-1636).Setelah itu barulah
kerajaan Gowa Tallo menyampaikan ”pesan islam” kepada kerajaan-kerajaan lain
seperti: Wajo, Soppeng, dan Bone.
D. Berbagai Saluran Masuknya Islam di Indonesia
Proses
penyiaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengann berbagai cara selain
perdagangan, seperti melalui perkawinan, politik, pendidikan, kesenian dan
tasawuf sehingga mendukung meluasnya ajaran Islam. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
1.
Perdagangan
Para
pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah ambil bagian dalam
perdagangan di indonesia sejak abad ke-7 M. Hal ini menimbulkan jalinan
hubungan dagang antatara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam.
Disamping berdagang mereka mengajarkan agama dan budaya Islam. Proses
Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif. Terlebih
yang terlibat dalam perdagangan bunyebaran Islam yang mereka lakukan
disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran dan buaya masyarakat pada masa
itu.bawah, melainkan juga golongan atas seperti kaum bangsawan atau para raja.
2.
Perkawinan
Para
pedagang Islam melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang lama, banyak
diantara mereka yang hidup menetap dan mempererat hubungan dengan pendududk
pribumi atau kaum bangsawan. Jalinan hubungan yang baik ini kadang diteruskan
dengan adanya perkawinan antara kaum pribumi dengan pedagang Islam. Melalui
perkawinan inilah lahir seorang muslim sebagai cikal bakal terbentuknya
masyarakat muslim dengan kebudayaan islam, hingga pada suatu saat terbentuknya
sebuah kerajaan Islam. Misalnya perkawinan antara Raden Rakhmat atau Sunan
Ampel dengan Nyai Manila, perkawinan antara Sunan Gunung Jati dengan putri
Kawunganten.
3.
Politik
Pengaruh
kekuasaan seorang raja berperan besar dalam proses islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama islam, maka rakyatnya juga akan mengikuti jejak rajanya.
Rakyat memiliki kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan
bahkan tauladan bagi rakyatnya. Setelah tersosialisasinya agama islam, maka
kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang
diikuti dengan penyebaran agama.
4.
Pendidikan
Para
ulama, kyai, dan santri-santri memiliki peranan penting dalam penyebaran agama
dan budaya Islam. Mereka melakukan siar melalui pendidikan yaitu engan
mendirikan pondok-pondok pesantren. Dari para santri inilah agama islam mulai
tersebar dan berkembang pada masyarakat.
5.
Kesenian
Saluran
kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukkan seni gamelan seperti
yang dilakukan di Yogyakarta, Solo, Cirebon, dan lain-lain.
6.
Tasawuf
Para
ahli tasawuf hidup dengan kesederhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan
masyarakat dan hidup bersama-sama ditengah masyarakat. Para ahli tasawuf
biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, seperti ahli dalam
menyaembuhkan pennyakit dan lain-lain. Penyebaran islam mereka lakukan
disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu,
sehingga islam dengan mudah diterima oleh masyarakat..
Melalui
berbagai saluran tersebut maka dapat diketahui bahwa islam dapat diterima dan
berkembang pesat di Nusantara sejak sekitar abad ke-13. Hal ini dikarenakan
beberapa karakteristik dakwah islam yang dipergunakan oleh para tokoh-tokohnya.
E. Bentuk-Bentuk Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam
di Indonesia
Adapun
bentuk-bentuk pengaruh agama dan kebudayaan Islam diantaranya sebagai berikut:
1. Berdirinya
masjid-masjid peninggalan kerajaan-kerajaan Islam, seperti Masjid Agung Demak
dan Masjid Agung Banten.
2. Tumbuh
dan berkembangnya seni Kaligrafi, seperti pada penemuan makam-makam raja-raja
dengan nisan yang bertuliskan kaligrafi, bangunan masjid yang dihiasi
kaligrafi, sebagai hiasan dinding rumah, dan lain sebagainya.
3. Berdirinya
keraton-keraton Islam di pulau Jawa, seperti Keraton Yogyakarta, dan lain
sebagainya.
4.Tumbuh
dan berkembangnya aliran Sufisme di Indonesia, seperi aliran Syaikh Abdul
Qhadir Jaelani di cirebon, dan lainnya.
5.Munculnya
kaum Ulama yang mendapat tempet tinggi di masyarakat, seperti munculnya
para wali yang sembilan (wali songo).
6. Terjadinya
perkembangan perekonomian dan pemerintahan akibat persamaan derajat yang
dikembangkan oleh tradisi Islam. Serta berbagai macam pengaruh kebudayaan
Islam lainnya.
7.
Berdiri dan berkembangnya pesantren-pesantren yang terdiri dari para kyai dan
santri.
F. Beberapa
Pendapat lain Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
1. Islam Masuk ke
Indonesia Pada Abad ke 7:
- Seminar masuknya
islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan
perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat
utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648
diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
- Dari Harry W.
Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum
Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para
pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke
China.
- Dari Gerini dalam
Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa
kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan alaya antara
tahun 606-699 M.
- Prof. Sayed Naguib
Al -Attas (Malaysia) dalam Preliminary Statemate on General Theory of
Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), mengungkapkan bahwa
kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
- Prof. Sayed
Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia
mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah
masuk ke Malaya. - Prof. S. Muhammmad
Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay
berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia. - W.P. Groeneveld
dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya
Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya penduduk Arab muslim berkunjung ke
Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim). - T.W. Arnold dalam
buku The Preching of Islam a History of The
Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
2. Islam Masuk Ke
Indonesia pada Abad ke-11:
- Satu-satunya
sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar,
Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu
terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082).
3. Islam Masuk Ke
Indonesia Pada Abad Ke-13:
- Catatan perjalanan
marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec
(mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
- K.F.H. van Langen,
berdasarkan berita China telah menyebut adanya
kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M. - J.P. Moquette
dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met
Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13. - Beberapa sarjana
barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan
Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa
kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
G. Pembawa Islam ke
Indonesia
Sebelum pengaruh islam
masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik
dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan
sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China.
1. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan
demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan
perkembangan islam di kawasan Indonesia.
2. Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar
lain:
- ukiran batu nisan gaya Gujarat.
- ukiran batu nisan gaya Gujarat.
- Adat istiadat dan budaya India islam.
3. Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
- Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
- Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
- Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
4. Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia,
dengan bukti antara lain:
- Menurut al Mas’udi
pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah,
dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra,
Jawa, dan Malaka.
- Munculnya nama
“kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak
mengenalkan islam.
5. China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho) mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain:
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho) mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain:
- Gedung Batu di
semarang (masjid gaya China).
- Beberapa makam China muslim.
-Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
-Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan
pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang
penuh toleransi (Umar kayam:1989)
6. Perdagangan dan Perkawinan
Dengan menunggu angina
muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli. Dari
perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam berkembang
(masyarakat Islam).
H. Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia
- Ulama keliling
menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan
Sinkretisasi/lambing- lambang budaya).
- Pendidikan
pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan
Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.
Proses masuk dan
berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai
melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan
oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul
dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk
menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus
menetap, atau mendirikan perkampungan seperti pedagang Gujarat mendirikan
perkampungan Pekojan.
Dengan adanya
perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai
menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat
berkembang. Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau
mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan
pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari
berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah
tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk
menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing.
Ditemukan dalam
sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan memiliki
hubungan komunikasi “ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat.
Proses terjadinya hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia pesantren
memiliki komunikasi dan kemudian menjadi tulang punggung dalam dalam melawan
kolonial.
Di samping penyebaran
Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan
melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang
kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh
rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam
di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang,
mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan
mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan
sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
- Maulana Malik
Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa
Timur.
- Sunan Ampel dengan
nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
- Sunan Bonang
adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim,
menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
- Sunan Drajat juga
putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam
di daerah Gresik/Sedayu.
- Sunan Giri nama
aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
- Sunan Kudus nama
aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
- Sunan Kalijaga
nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah
Demak.
- Sunan Muria adalah
putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di
daerah Gunung Muria.
- Sunan Gunung Jati
nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat
(Cirebon)
Demikian sembilan wali
yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para
wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga
dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
1. Melalui Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh
jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia.
Letak Indonesia yang sangat strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di
Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia
termasuk para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang
muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara.
Para pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari
negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yang datang atas
undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran penting
dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia.
2. Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat
pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal
ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis
mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi
muslim terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim
dengan penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
3. Melalui Pendidikan
Pengajaran dan
pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan
dilakukan di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama,
ataupun kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya
dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.
4. Melalui Kesenian
Wayang adalah salah
satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan
Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk
mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari
kisah Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.
5.
Pengobatan
Pengobatan menjadi
salah satu cara para ulama dalam menyebarkan islam kepada masyarakat Indonesia.
Hal ini tidak hanya dilakukan kepada msyarakat awam pedesaan tetapi juga kepada
para bangsawan bahkan raja dan keluarganya. Beberapa raja dan keluarganya pun
masuk Islam setelah diobati oleh para ulama, yang kemudian diikuti oleh
rakyatnya.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat penulis simpulkan, bahwa terdapat
beberapa teori tentang masuknya Islam di Indonesia, yaitu Teori Gujarat, teori
Mekkah dan teori Persia. Masing-masing teori di atas didukung oleh data-data
yang otentik oleh para sejarawan. Adapun mengenai cara ulama dalam menyebarkan
Islam adalah dengan beberapa cara, di antaranya perdagangan, pendidikan,
pernikahan, kesenian dan pengobatan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa, dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Di
samping itu juga terbatas karena hanya merupakan makalah, yang tidak mungkin
memuat segala hal mengenai pembahasan sebagaimana dalam judul. Dengan demikian,
kiranya ke depan ada studi lanjut yang dapat memaparkan sejarah masuknya Islam
ke Indonesia dengan lebih baik dan konprehensip
DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Sejarah Masuknya Islam di Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pustaka 1982
Ahmad Mansur
Suryanegara, Menemukan Sejarah, Jakarta:
Cahaya Gemilang, 1996
Drs.H. Sapriya, M.Ed, dkk. 2006. Konsep dasar IPS
Edisi Kesatu. Bandung : Upi Press.
Suphrta,
I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada.
Yatim,
Badri, Dr, MA. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Saepudin,
Didin, Dr. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Press.
Maryam,
Siti. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: ISBN.
Suryanegara,
A. Mansyur.1995. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia.
Bandung: Mizan.
http://www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html
H.J Graafdan Th. G. Th. Pigeud.
1985. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
komentar anda sangat berguna bagi perkembangan blog kami EmoticonEmoticon