Makalah
Revisi Kel. 1 4a
MANAJEMEN PENDIDIKAN
DAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
Tugas ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah
Semester
Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Mardiyah, M.Ag
Dr. Hj. Mardiyah, M.Ag
Disusun oleh:
Nurul Huda Mubarrok
Anik Mar’atus Sholichah
Masngat
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI (UNHASY)
TEBUIRENG JOMBANG
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
tugas Makalah yang berjudul ”MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM” ini. Dalam penyusunannya mungkin tugas makalah ini sangat jauh sekali
dari kesempurnaan. oleh karena itu, penulis sangat berharap saran dan kritik
yang sifatnya membangun sebagai bahan perbaikan bagi penulis di masa yang akan
datang.
Dalam
kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Mudah-mudahan
tugas makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Wassalamualaikum
wr.wb
Jombang , Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
KATAR PENGATAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah .......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manajemen.................................................................... 2
1. Pengertian
Manajemen ............................................................. 2
2. Definisi Manajemen ................................................................. 3
3.
Manajemen Sebagai Ilmu Dan Sebagai Seni ........................... 4
4.
Manajemen Sebagai Suatu Profesi ........................................... 5
5.
Tingkatan Manajemen dan Manajer ......................................... 5
6.
Fungsi-fungsiManajemen ......................................................... 6
B.
Pengertian
Manajemen Pendidikan ............................................... 8
1.
Manajemen
Pendidikan ............................................................ 8
2.
Paradigma Baru
Manajemen Pendidikan ................................ 9
C.
Konsep Dasar
Manajemen Pendidikan Islam ................................ 12
1.
Pengertian Manajemen Pendidikan
Islam .............................. 12
2.
Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan
Islam ............................ 14
D.
Komponen-Komponen
Manajemen Pendidikan Islam .................. 15
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran .................... 16
2. Manajemen Tenaga Kependidikan .......................................... 17
3. Manajemen Kesiswaan ............................................................ 19
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan .................................. 21
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................ 22
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ............... 22
7. Manajemen Layanan Khusus ................................................... 23
E.
Prinsip-Prinsip
Dasar Manajemen Pendidikan Islam .................... 25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 28
B.
Kritik dan Saran ............................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
C.
Latar
Belakang
Sejak manusia
hidup berlompok, aktifitas yang kini disebut menejemen telah menjadi bagian
dari kehidupannya. Dalam kehidupan berkeluarga, berorganisasi, bermasyarakat
dan bernegara, manajemen merupakan upaya yang sangat penting untuk mencapai
tujuan bersama. Perkembanagan masyarakat ke arah kemajuan yang lebih baik
memerlukan manajemen yang cocok dengan perkembangan zaman. Semakin berkembang
suatu kelompok, organisasi, masyarakat, dan bangsa, semakin meningkatkan pula
kebutuhan mereka terhadap manajeman yang cocok dengan kebutuhan dan kepentingan
bersama. Singkatnya, perkembangan masyarakat modern tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan manajeman.
Dalam kehidupan berkeluarga, berorganisasi,
bermasyarakat, dan bernegara, manajemen merupakan upaya yang sangat penting untuk mencapai tujuan bersama. Pendidikan yang merupakan salah satu faktor penting dalam
kehidupan manusia sudah semestinya mendapat perhatian penting dalam hal
manajemennya. Pendidikan yang baik merupakan tolok ukur bagi sebuah bangsa dan
negara dalam hal kemajuan yang dicapai, tidak terkecuali dalam pendidikan
Islam. Dalam ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar,
tertib, teratur. Sesuatu tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan. Hal ini
merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam.
Pendidikan dalam Islam sudah semestinya
dikelola dengan sebaik-baiknya. Manajemen pendidikan Islam merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas kehidupan umat dari keterbelakangan, baik secara moral,
materi, dan spiritual. Dalam Islam, manajemen adalah hal yang sangat penting.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul
beberapa pertanyaan. Di antaranya adalah:
1.
Bagaimana
pengertian menajeman ?
2.
Bagaimana
pengertian menajemen pendidikan ?
3.
Bagaimana
pengertian menajemen pendidikan Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
F. Pengertian Manajemen
7.
Pengertian
Manajemen
Manajemen sering
diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther
Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama.
Dikatakan kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai
profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu
prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
Untuk memahami
istilah manajemen, pendekatan yang digunakan di sini adalah berdasarkan
pengalaman manajer. Manajemen merupakan suatu proses, sedangkan manajer
dikaitkan dengan aspek organisasi dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu
dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem.[1]
Istilah
manajemen mengacu pada proses pelaksanaan aktifitas yang diselesaikan secara
efisien dan melalui pendayagunaan orang lain. Siagian (1978) menyebutkan
manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. GR. Terry
dalam bukunya Principles of Management (1972) menyebutkan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya lainnya. Harold Kontz
dan Cyril O’donnel (1972) dalam bukunya Principles of Management:An
Analysis of Management Function memberikan batasan bahwa manajemen adalah
usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Longnecker
& Pringle (1981:5), merumuskan manajemen sebagai proses memperoleh dan
menggabungkan sumber-sumber manusia, finansial, dn fisik untuk mencapai tujuan
pokok organisasi menghasilkan produk atau jasa/layanan yang diinginkan oleh
sekelompok masyarakat.[2]
Beberapa
pengertian di atas pada dasarnya memiliki titik tolak yang sama, sehingga dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu :
a.
Manajemen
merupakan suatu usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan melalui sebuah
proses.
b.
Manajemen
merupakan sistem kerjasama dengan pembagian peran yang jelas.
c.
Manajemen
melibatkan secara optimal konstribusi orang-orang, dana, fisik, dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien.
Manajemen
sebagai sebuah istilah yang sering dipakai dalam dunia bisnis pada dasarnya
juga dipakai untuk semua tipe organisasi. Dalam prakteknya, manajemen
dibutuhkan di mana saja orang bekerja bersama (organisasi) untuk mencapai suatu
tujuan bersama. [3]
8.
Definisi Manajemen
Mendefinisikan manajemen ada berbagai ragam, ada yang mengartikan
dengan ketatalaksanaan, manajemen pengurusan dan lain sebagainya. Pengertian
manajemen dapat dilihat dari tiga pengertian.
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
c. Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari
pengertian menurut :
a. Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses
dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
b. Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu
tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan
individu untuk mencapai tujuan
c. Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang
telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas
atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang
yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya
aktivitas manajemen disebut Manajer.
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas
manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Pengertian
manajemen sebagai suatu ilmu dan seni dari :
a. Chaster I Bernard dalam bukunya yang berjudul The
function of the executive, bahwa manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry
Fayol, Alfin Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan Geroge R. Terry.
b. Marry Parker Follett menyatakan bahwa manajemen
sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Dari devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu
koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu.[4]
9.
Manajemen Sebagai Ilmu Dan Sebagai Seni
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut
demikian, sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu
ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan
menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang
gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan
metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diujudkan dalam
bentuk suatu teori.
Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam
mencapai suatu tujuan diperlukan kkerja sama dengan orang lain, nah bagaimana
cara memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan manusia pada
umumnya adalah managing ( mengatur ) untuk mengatur disini diperlukan suatu
seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.[5]
10. Manajemen Sebagai Suatu
Profesi
Dalam jaman modern ini semua jenis kegiatan selalu harus dimanajemeni,
dalam arti aturan yang jelas, dan sekarang boleh dikata bahwa bidang manajemen sudah merupakan
suatu profesi bagi ahlinya. Mengapa demikian karena dalam kegiatan apapun
pekerjaan harus dikerjakan secara efisien dan efektif, sehingga diperoleh
masukan atau input yang besar.
Edgar H Schein dalam bukunya yang berjudul organization socialization and the profession of Managemen menguraikan karakteristik atau criteria-kriteria sesuatu bisa dijadikan suatu profesi yaitu :
Edgar H Schein dalam bukunya yang berjudul organization socialization and the profession of Managemen menguraikan karakteristik atau criteria-kriteria sesuatu bisa dijadikan suatu profesi yaitu :
a.
Para professional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum yang
berlaku dalam situasi dan lingkungan, hal ini banyak ditunjang dengan banyaknya
pendidikan-pendidikan yang tujuannya mendidik siswanya menjadi seorang
professional. Misalnya Akademi Pendidikan Profesi Manajemen, kursus-kursus dan
program-program latihan dan lain sebagainya.
b.
Para profesioal memperoleh status dengan cara mencapai suatu standar
prestasi kerja tertentu, ini tidak didasarkan pada keturunan, favoritas, suku
bangsa, agama dam criteria-kriteria lainnya.
c.
Para professional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat. [6]
11. Tingkatan Manajemen dan
Manajer
Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan baik kegiatan profesi
maupun non profesi, baik organisasi pemerintah maupun swasta, maka manajer dapat diklasifikasi dalam dua cara
yaitu tingkatan dalam organisasi dan lingkup kegiatan yang dilakukan.
Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen dibagi menjadi tiga
golongan yang berbeda yaitu:
a.
Manajemen Lini : atau manajemen tingkat pertama yaitu tingkatan yang paling
rendah dalam suatu organisasi, dimana seorang yang bertanggung jawab atas
pekerjaan orang lain, misalnya mandor atau pengawas produksi dalam suatu pabrik
pengawas teknik suatu bagian riset dan lain sebagainya.
b.
Manajemen menengah ( Midle Manager ) yaitu mencakup lebih dari satu
tingkatan didalam organisasi.
c.
Manajemen Puncak ( Top Manajer ) terdiri atas kelompok yang relatif kecil,
yang bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
Manajer fungsional bertanggung jawab pada satu kegiatan organisasi, seperti produksi
pemasaran, keuangan dan lain sebagainya, manajer umum membawahi unit yang lebih
rumit misalnya sebuah perusahaan cabang atau bagian operasional yang independen
yang bertanggung jawab atas semua kegiatan unit.
Ada dua fungsi utama atau keahlian ( skill ) yaitu keahlian teknik (
Teknical Skill ) dan keahlian manajerial ( Managerial Skill ). Keahlian teknik
yaitu keahlian tentang bagaimana cara mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang
terdiri atas pengarah dengan motivasi, supervisi dan komunikasi. Keahlian manajerial yaitu
keahlian yang berkenan tentang hal penetapan tujuan perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengawasan.[7]
12. Fungsi-fungsiManajemen
Fungsi
manajemen menurut beberapa penulis antara lain :
a.
Ernest Dale: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Innovating,
Representing dan Controlling.
b.
Oey Liang Lee: Planning, Organizing, Directing, Coordinating, Controlling.
c.
James Stoner: Planning, Organizing, Leading, Controlling.
d.
Henry Fayol: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.
Lindal F. Urwich : Forescating, Planning, Organizing, Commanding, Cordinating, Controlling.
Lindal F. Urwich : Forescating, Planning, Organizing, Commanding, Cordinating, Controlling.
e.
Dr. SP. Siagian MPA: Planning, Organizing, Motivating, Controlling.
f.
Prayudi Atmosudirjo: Planning, Organizing, Directing/ Actuating,
Controlling.
g.
DR. Winardi SE: Planning, Organizing, Coordinating, Actuating, Leading,
Communicating, Controlling.
h.
The Liang Gie: Planning, Decision Making, Directing, Coordinating,
Controlling, Improving.
Pada hakekatnya fungsi-fungsi di atas dapat dikombinasikan menjadi 10
fungsi yaitu :
a.
Forecasting (ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
b.
Planning (perencanaan) yaitu penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
c.
Organizing (organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan,
temasuk dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
d.
Staffing atau Assembling Resources (penyusunan personalia) yaitu penyusunan
personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru. latihan dan pengembangan
sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada
organisasi.
e.
Directing atau Commanding (pengarah atau mengkomando) yaitu usaha memberi
bimbingan saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing
bawahan (delegasi wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
f.
Leading yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
g.
Coordinating (koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar
tidak terjadi kekacauan dan saling melempar tanggung jawab dengan jalan
menghubungkan, menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.
h.
Motivating (motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan
kepada bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.
i.
Controlling (pengawasan) yaitu penemuan dan penerapan cara dan peralatan
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
j.
Reporting (pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis
maupun lisan.
Proses pelaksanaan kegiatan manajemen, maka fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan. Ini adalah
fungsi-fungsi ke dalam perusahaan, sedang fungsi manajer ke luar perusahaan
adalah :
a.
mewakili perusahaan dibidang pengadilan.
b.
ambil bagian sebagai warga negara biasa mengadakan hubungan dengan
unsur-unsur masyarakat.[8]
G. Pengertian Manajemen Pendidikan
1.
Manajemen
Pendidikan
Manajemen
pendidikan adalah satu cabang ilmu yang usianya relatif tetap muda hingga
tidaklah aneh jika banyak yang belum mengetahui. Arti lama yang kerap dipakai
yaitu ‘administrasi’.
Manajemen Pendidikan
adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang
atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan
menerapkan definisi tersebut pada usaha pendidikan yang terjadi dalam sebuah
organisasi, maka definisi Manajemen Pendidikan selengkapnya
adalah sebagai berikut :
Manajemen Pendidikan adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama
sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.[9]
2.
Paradigma
Baru Manajemen Pendidikan
Pada era reformasi, masyarakat Indonesia menginginkan perubahan dalam semua
aspek kehidupan bangsa.
Pembaharuan pada sektor pendidikan yang memiliki peran strategis dan
fungsional (Hujair AH.Sanaky,2003:3 dalam Sudarmiani,2009:13), juga memerlukan
paradigma baru yang harus menekankan pada perubahan cara berpikir dalam
pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang telah berjalan selama
ini tidak bisa menjadi penggerak pembangunan di Indonesia, malahan pendidikan
telah menghambat pembangunan ekonomi dan teknologi, buktinya adalah dengan
adanya kesenjangan sosial, budaya, dan ekonomi. Berbagai masalah yang timbul
tersebut diakibatkan oleh semakin lemahnya pendidikan nasional. Pembaharuan
pendidikan nasional yang telah mendasar dan menyeluruh harus dimulai dari
mencari penjelasan baru atas paradigma dan peran pendidikan dalam pembangunan
(zamroni, 2000:5-6 dalam Sudarmiani,2009:13).
Paradigma tersebut harus berimplikasi pada perubahan perspektif dalam
pembangunan pendidikan, mulai dari perspektif yang menganggap pendidikan
sebagai sektor pelayanan umum ke perspektif pendidikan sebagai suatu investasi
produk yang mampu mendorong pertumbuhan masyarakat di berbagai bidang
kehidupan. Pendidikan sebagai faktor yang dipengaruhi oleh berbagai
permasalahan yang terjadi dalam berbagai kehidupan.
Melalui paradigma baru tersebut, dimaksudkan pendidikan harus mampu melawan
berbagai tantangan dan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan
kehidupan. Pendidikan dan kehidupan telah menyatu, maka pendidikan dapat
dikatakan sebagai proses memanusiakan manusia.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan rekonstruksi pendidikan
dalam rangka membangun paradigma baru sistem pendidikan nasional :
a. Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang
berorientasi pada demokratisasi bangsa.
b. Pendidikan nasional hendaknya memiliki misi agar
tercipta partisipasi masyarakat secara menyeluruh. Pendidikan tidak hanya
terfokus dalam penyiapan tenaga kerja, tapi untuk memperkuat kemampuan dasar
pembelajar sehingga memungkinkan baginya untuk berkembang lebih jauhdalam konteks
kehidupan global.
c. Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada
perkembangan potensi dan kreativitas pembelajar. Pendidikan mengengah dan
tinggi hendaknya diarahkan pada membuka kemungkinan pengembangan kepribadian
secara vertikal (keilmuan) dan horisontal (keterkaitan antar bidang keilmuan).
d. Pendidikan dasar dan menengah perlu mengembangkan
sistem pembelajaran yang egaliter dan demokratis agar tidak terjadi
pengelompokan kelas atas dasar kemampuan akademik.
e. Pendidikan tinggi harus mempersiapkan dan memperkuat
kemampuan dasar mahasiswa untuk memungkinkan mereka berkembang baik secara
individu, anggota msyarakat, maupun sebagai warga negara dalam konteks global.
f. Kebijakan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, harus memperhatikan tahap perkembangan pembelajar dan kesesuaian
dengan lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, seni serta
sesuai dengan jenjang masing-masing
satuan pendidikan dengan mengembangkan proses pembelajaran kreatif.
g. Perlu mengaktualisasikan enam unsur kapasitas belajar,
yaitu:
1) Kepercayaan (confidence)
2) Keingintahuan (curioucity)
3) Sadar tujuan (intensionality)
4) Kendali diri (self control)
5) Mampu bekerja sama (work together)
6) Kemampuan bergaul secara harmonis dan saling
pengertian
h. Untuk menjaga relevansi outcome pendidikan, dengan
mengimplemen-tasikan filsafat rekonstruksivisme dalam berbagai tingkat
kebijakan dan praktisi pendidikan.
i.
Pendidikan nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup
memadai.
j.
Realisasi pendidikan dalam konteks lokal diperlukan badan-badan pembantu
dalam dunia pendidikan. Misalnya saja ‘Dewan Sekolah’ yang memiliki peran untuk
memberi masukan-masukan dalam berbagai aspek.
k. Menetapkan model rekruitmen pejabat pendidikan secara
profesional. Kompetensi dan sertifikasi guru dan dosen juga harus dilakukan
dengan profesional. Pemerintah harus membentuk badan ‘independen’ profesi guru
dan dosen yang anggotanya terdiri dari tenaga kependidikan profesional,
terpercaya, dan bertanggung jawab yang
akan menilai kompetensi profesional, keilmuan, personal dan sosial dari guru
dan dosen.
Paradigmanya adalah manajemen pendidikan harus sejalan dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman. Maka dinyatakan School Based Manajement
(SBM) sebagai alternatif paradigma baru, dengan pendekatan akar rumput (grass
root approach).[10]
Dengan pemahaman sebagaimana
dikemukakan tersebut, nampak bahwa salah satu fungsi penting dari manajemen
pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini mencakup dari
mulai aspek persiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu
proses tersebut, dalam hubungan ini sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan
yang melakukan kegiatan/proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatan
tersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakan kegiatan
utama dari suatu sekolah.
Menurut Hoy dan Miskel 2001. Dengan
demikian nampak bahwa guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor penting
dalam manajemen pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolah pada
dasarnya adalah guru, karena keterlibatannya yang langsung pada kegiatan
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, manajemen sumber daya manusia pendidik
dalam suatu lembaga pendidikan akan menentukan bagaimana kontribusinya bagi
pencapaian tujuan, dan kinerja guru merupakan sesuatu yang harus dapat mendapat
perhatian dari pihak manajemen pendidikan di sekolah agar dapat terus
berkembang dan meningkat kompetensinya dan dengan peningkatan tersebut kinerja
merekapun akan meningkat, sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatan
kualitas pendidikan sejalan dengan tuntutan perkembangan global dewasa ini.[11]
H. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam
3.
Pengertian
Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus,yang
berarti tangan; dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung
menjadi kata kerja managere; yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris; dalam bentuk kata kerja to manage, dalam bentuk
kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management ditransliterasi ke dalam bahasa
Indonesia menjadi manajemen dengan arti pengelolaan.
Sedangkan pengertian manajemen secara istilah adalah pemanfaatan sumber
daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dimaksudkan.
Adapun kata “pendidikan” sering dikaitkan dengan kata “pengajaran” yang dalam
bahasa Arab disebut “tarbiyah wa ta’lim”. Sedangkan “pendidikan Islam”
dalam bahasa Arab disebut “Tarbiyah Islamiyah”. Secara umum, pendidikan
Islam adalah pembentukan kepribadian muslim.[12]
Pengertian pendidikan secara istilah sebagaimana dalam Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1),
yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Adapun pengertian pendidikan Islam menurut beberapa
ahli antara lain:
a. Pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap
seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin (Ahmad Tafsir, 2005: 32).
b. Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan,
melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam (M. Arifin, 2000:
41).
c. Secara umum, pendidikan Islam adalah pembentukan
kepribadian muslim (Zakiyah Daradjat, 2006: 27).
d. Hasil Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7
sampai 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor: “Pendidikan Islam adalah bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah,
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan
e. mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
f. Dari berbagai pendapat tentang pengertian pendidikan
Islam, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah proses
pembimbingan seseorang terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran
Islam menuju kepribadian muslim.
g. Dengan demikian yang dimaksud dengan manajemen pendidikan
Islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam
yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif
h.
dan efisien sebagaimana tergambar dalam pengertian di atas.[13]
Istilah Manajemen Pendidikan Islam
(MPI) memenculkan beberapa asumsi pemahaman antara lain: pertama, pendidikan
Islam yang dalam proses penyelenggaraannya memakai perinsip-prinsip, konsep-konsep dan
teari-teoiri manajemen yang berkembang dalam dunia bsnis.kedua, pendidikan
Islam yang dalam proses penyelenggaraannya menggunakan perinsip-prinsip dan
konsep-konsep manajemen yang digali dari sumber dan khazanah keislaman. Ketiga,pendidikan
Islam yang dalam proses dalam penyelengaraannya mengunakan prinsip, konsep, dan
teori manajemen yang telah berkembangan dalam dunia bisnis dengan menjadikan
Islam sebaga nilai yang memadu dalam proses penyelenggarannya.[14]
4.
Dasar-Dasar
Manajemen Pendidikan Islam
Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah dan
Atsaar serta perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (Nur Uhbiyati, 1998:
19).
a. Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar tentang manajemen
pendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan
secara mendalam. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar
manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya (QS. At-Taubah: 122).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam menegaskan tentang
pentingnya manajemen, di antaranya manajemen pendidikan, lebih khusus
lagi manajemen sumber daya manusia.
b. As-Sunnah dan Atsaar
Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap
pendidikan dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam pendidikan dan
pengajaran. Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa
yang menyembunyikan ilmunya maka Allah akan mengekangnya dengan kekang berapi ( HR. Ibnu Majah).
Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki perhatian yang
besar terhadap pendidikan. Di samping itu, beliau juga punya perhatian terhadap
manajemen, antara lain dalam sabda berikut:
Sesungguhnya
Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan
secara itqon (tepat, terarah, jelas dan tuntas) (HR. Abu Qosim Sulaiman
At-Thabrani, 1995: 275).
Sahabat
Rasulullah SAW, yaitu Ali bin abi Thalib ra mengatakan: Perkara yang batil
(keburukan) yang tertata dengan rapi bisa mengalahkan kebenaran (perkara) yang
tidak tertata dengan baik (Hari Wibowo, 2006: 179).
c. Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
dalam Pasal 30 ayat 1 bahwa: “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh
pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan
peraturan perundangundangan”.
Disebutkan pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa “Pendidikan keagamaan berfungsi
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama”
(Redaksi Sinar Grafika, 2003: 14).
I.
Komponen-Komponen
Manajemen Pendidikan Islam
Hal yang sangat penting
dalam manajemen pendidikan Islam adalah komponen-komponen manajemen. Sedikitnya
terdapat 7 (tujuh) komponen manajemen yang harus dikelola dengan baik dan
benar, diantaranya yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan
(personal sekolah/pegawai), kesiswaan, keuangan dan pembiayaan, sarana dan
prasarana pendidikan, kerjasama sekolah dan masyarakat, serta pelayanan khusus
lembaga pendidikan (E. Mulyasa, 2005: 39-53).
8. Manajemen Kurikulum dan
Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan
bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen kurikulum dan program
pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum.
Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan
oleh kementrian pendidikan nasional pada tingkat pusat. Karena itu level
sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan
kurikulum tersebut dengan kegitan pembelajaran. Sekolah merupakan ujung tombak
pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum nasional maupun muatan lokal, yang
diwujudkan melalui proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, institusional, kurikuler dan instruksional. Agar proses belajar
mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil
yang diharapkan, diperlukan program manajemen pengajaran.
Manajemen pengajaran adalah keseluruhan proses
penyelenggaraan kegiatan di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh
kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif dan efesien. Manajemen sekolah
diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program
pengajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya, dan penilaian
perubahan atau program pengajaran di sekolah. Ia harus bertanggung jawab
terhadap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, perubahan atau perbaikan program pengajaran
di sekolah. Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya ada empat langkah yang harus
dilaksanakan, yaitu menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntunan
kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan
melaksanakan program, serta menilai perubahan program.
Usaha untuk membangun aktivitas pengembangan kurikulum
dan program pengajaran dalam manajemen berbasis sekolah (MBS), kepala sekolah
sebagai pengelola program pengajaran bersama guru-guru harus menjabarkan isi
kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan,
semesteran, dan bulanan.
Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran
wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.
Berikut dirinci beberapa prinsip yang harus diperhatikan:
a. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional
tujuan makin mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan.
b. Program itu harus sederhana dan fleksibel.
c. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
d. Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus
jelas
e. penyampaiannya.
f. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program
di sekolah.
Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
merealisasi hal-hal di atas adalah pembagian tugas guru, penyusunan kalender
pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan
pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan
kelas, pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan
mengajar serta pengisian waktu jam kosong.[15]
- Manajemen
Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen
personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara
efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam
kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu fungsi personalia yang harus
dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan, mengkaji dan memotivasi
personil guru mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi standar
perilaku, melaksanakan perkembangan karier tenaga kependidikan, serta
menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil)
mencakup:
a. Perencanaan pegawai,
b. Pengadaan pegawai,
c. Pembinaan dan pengembangan pegawai,
d. Promosi dan mutasi,
e. Pemberhentian pegawai,
f. Kompensasi, dan
g. Penilaian pegawai.
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk
menentukan kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif untuk sekarang dan masa
yang akan datang. Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan
pegawai yang sesuai dengan kebutuhan dilakukan kegiatan recruitmen,
yaitu usaha mencari dan mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi syarat
sebanyak mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap. Lembaga
pendidikan senantiasa menginginkan agar personilpersonilnya melaksanakan tugas
secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk kepentingan
lembaganya, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Sehubungan dengan itu,
fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil
untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja pegawai. Setelah diperoleh
dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima, kegiatan selanjutnya adalah
mengusahakan supaya calon pegawai tersebut menjadi anggota lembaga yang sah
sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota lembaga. Setelah
pengangkatan pegawai, kegiatan berikutnya adalah penempatan atau penugasaan
diusahakan adanya kongruensi yang tinggi antara tugas yang menjadi tanggung
jawab pegawai dengan karakteristik pegawai. Pemberhentian pegawai merupakan
fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil
dari hak pegawai. Dalam kaitan tenaga kependidikan sekolah, khususnya pegawai
negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai dapat dikelompokkan ke dalam
tiga jenis:
a. Pemberhentian atas permohonan sendiri,
b. Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah, dan
c. Pemberhentian sebab lain.
Usaha-usaha dalam pelaksanaan fungsi-fungsi yang
dikemukakan di depan, diperlukan sistem penilaian pegawai secara obyektif dan
akurat. Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan
peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi
kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam pengambilan keputusan berbagai
hal seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan,
pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan
proses efektif sumber daya manusia.[16]
- Manajemen
Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari masuk sampai
keluarnya peserta didik tersebut dari sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya
berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih
luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik mulai proses pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan
untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta
tercapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang
manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus
diperhatikan, yaitu penerimaan siswa baru, kegiatan kemajuan belajar, serta
bimbingan dan pembinaan disiplin.
Berdasarkan tiga tugas utama tersebut E. Mulyasa
(2005: 45) menjabarkan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang
kesiswaan berkaitan dengan hal-hal berikut:
a. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang
berkaitan dengan itu.
b. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan
murid ke kelas dan program studi.
c. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar.
d. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan,
seperti pengajaran luar biasa.
e. Pengendalian disiplin murid.
f. Program bimbingan dan penyuluhan.
g. Program kesehatan dan keamanan.
h. Penyesuaian pribadi, sosial dan emosional.
Penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia
penerimaan siswa baru (PSB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk
panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas
tersebut. Setelah para siswa diterima lalu dilakukan pengelompokan dan orientasi
sehingga secara fisik, mental, dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di
sekolah. Keberhasilan, kemajuan dan prestasi belajar para siswa memerlukan data
yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan
untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara
periodik harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk
berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik di
rumah maupun di sekolah. Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan
pengetahuan anak, tetapi juga sikap, kepribadian, serta aspek sosial emosional
di samping ketrampilan-ketrampilan yang lain. Sekolah tidak hanya bertanggung
jawab dalam memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga pembinaan disiplin
melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan murid, memberikan bimbingan
dan bantuan terhadap anak bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun
sosial sehingga anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
masing-masing. Untuk kepentingan tersebut diperlukan data yang lengkap tentang
peserta didik. Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan
ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku laporan keadaan siswa,
buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.[17]
- Manajemen
Keuangan dan Pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan sumber daya yang
secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal
tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS),
yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara
transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Komponen keuangan dan pembiayaan
ini perlu dikelola sebaik-baiknya agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu :
a. Pemerintah, baik dari pusat, daerah, maupun
kedua-duanya,
b. Orang tua atau peserta didik, dan
c. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat (E.
Mulyasa, 2005: 48).
Biaya rutin adalah dana yang harus dikeluarkan dari
tahun ke tahun seperti gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya
operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pembangunan,
misalnya biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan
atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta biaya lain untuk barang-barang
yang tidak habis pakai. Komponen utama manajemen keuangan meliputi:
a. Prosedur anggaran,
b. Prosedur akuntansi keuangan,
c. Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur
pendistribusian,
d. Prosedur investasi, dan
e. Prosedur pemeriksaan.
Kepala sekolah berfungsi sebagai manajer, berfungsi
sebagai otorisator dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan
pembayaran. Namun tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan karena
kewajiban melaksanakan pengawasan ke dalam. Bendaharawan, di samping mempunyai
fungsi-fungsi bendaharawan juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak
atas pembayaran.[18]
- Manajemen
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta
alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah
fasititas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi
jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan
olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas
mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan
kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan
pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
penyimpanan investasi, dan penghapusan serta penataan. Manajemen sarana dan
prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan
indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun bagi
murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga dengan tersedianya alat atau
fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan
dengan kebutuhan diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan
proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun oleh
murid sebagai pelajar.
- Manajemen
Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya
merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sekolah dan masyarakat memiliki
hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara
efektif dan efisien. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain:
a. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak,
b. Memperkokoh serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat,dan
c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan
dengan sekolah.
Untuk merealisasi tujuan tersebut banyak cara
dilakukan, antara lain dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program
sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, maupun program yang akan
dilaksanakan. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:
a. Saling pengertian antara sekolah, orang tua,
masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat termasuk dunia
kerja.
b. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena
mengetahui manfaat dan arti pentingnya masing-masing.
c. Kerjasama yang erat antara berbagai pihak yang ada di
masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan
di sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan
tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu terlaksananya proses
pendidikan di sekolah secara produktif, efektif dan efisien sehingga
menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas.[19]
- Manajemen
Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen
perpustakaan, kesehatan dan keamanan sekolah. Perpustakaan yang lengkap dan
dikelola dengan baik memungkinkan peseta didik untuk lebih mengembangkan dan
mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik
pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di rumah. Karena dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada masa sekarang ini menyebabkan guru
tidak bisa lagi melayani kebutuhan-kebutuhan anak-anak akan informasi, dan
guru-guru tidak bisa mengandalkan apa yang diperolehnya dibangku sekolah.
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan
bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran tidak hanya bertugas
mengembangkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap saja, tetapi harus
menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Untuk
kepentingan tersebut di sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan
kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan
sekolah (UKS), dan berusaha meningkatkan program pelayanan melalui kerja sama
dengan unit-unit dinas kesehatan setempat. Di samping itu sekolah juga harus
memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada di
sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan nyaman dan tenang
(E. Mulyasa, 2005: 52).
Dari berbagai komponen manajemen yang telah
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur manajemen pendidikan adalah
kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan (personal
sekolah/pegawai), kesiswaan, keuangan dan pembiayaan, sarana dan prasarana
pendidikan, kerjasama sekolah dan masyarakat, serta pelayanan khusus lembaga
pendidikan. Komponen tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan
yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Komponen manajemen ini harus dilaksanakan secara serasi, menyeluruh,
berkesinambungan, karena antara komponen yang satu dengan lainnya saling
mempengaruhi dan merupakan kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Unsur-unsur manajemen pendidikan di atas juga lazim
digunakan dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, unsur-unsur
tersebut dapat dikembangkan dalam manajemen pendidikan Islam.[20]
J. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan
Islam
Harold Kontz dan Cyril O’Donnel dalam
bukunya Principles of Manajement an Analysis of Mnajement Finction memberikan
batasan bahwa manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian, manajer mengadakan koordinasi
atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengembangan staf kepemimpinan dan pengendalian.[21]
Sudah dijelaskan didalam Ayat
Al-Quran, hadis Nabi, maupun perkataan sahabat Nabi yang dapat dipandang
sebagai prinsip-prinsip dasar manajemen, pendidikan Islam. Sumber-sumber
prinsip tersebut bersifat normatif-inspiratif yang membutuhkan tindak lanjut
berupa pemahaman secara kontekstual. Dalam bahasa manajemen, pemikiran masa
depan yang dituangkan dalam konsep yang jelas dan sistematif ini disebut
perencanaan (planning). Perencanaan ini menbjadi sangat penting karena
berfungsi sebagai pengaruh bagi kegiatan, target-target dan hasil-hasilnya di
masa depan sehingga apapu kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib.[22]
Dari sisi dakwah, organisasi memayungi
manajemen, yang berarti organisasi lebih luas dari pada manajemen. Akan tetapi,
dari sisi fungsi, organisasi (organizing) merupakan bagian dari fungsi
manajemen, yang berarti organisasi lebih sempit dari pada manajemen. Beberapa
asumsi di atas yang perlu diperhatikan adalah pada dasrnya manajemen memiliki
fungsi-fungsi universal. Seperti yang disebutkan oleh Handoko (1994), bahwa
sifat universal tersebut karena pada kenyataannyan fungsi-fungsi manajemen
adalah sama di manasaja, dalam seluruh organinsasi, dan pada waktu kapan saja.[23]
Untuk memahami lebih jauh pengertianan
manajemen pendidikan islama perlu dipahami juga pengertian dan batasan
pendidikan Islam. Pendidikan Islam menurut Zarkowi Soejoeti (1996)
didefinisikan dalam tiga pengertian, yaitu: pertama, pendidikan Islam adalah
jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan
semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-niali Islam baik yang tercermin
dalam nama lembaganya maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Kedua,
jenis pendidikan yang memberikan perhatian yang sekaligus yang menjadikan
ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang di selenggarakan. Ketiga,
jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian tersebut diatas.[24]
Menurut Muhaimin (2001:103), yang
dimaksud pendidikan Islam adalah : (1) Segenap kegiatan yang dilakukan seserang
atau suatu lembaga untuk membantu seorang atau sekelompok siswa dalam
menanamkan ajaran dan atau menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam. (2) Segenap
fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang berdampak
pada tertanamnya ajaran dan atau tumbuh kembangnya nilai-nilai Islam pada salah
satu atau beberapa pihak. (3) Keseluruhan lembaga pendidikan yang mendasarkan
segenap program dan kegiatan pendidikannya atas pandangan serta nilai-nilai
Islam.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa manajemen pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai sebentuk kerja
sama untuk melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia dan kepegawaian (staffing), pengrahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (contolling) terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya manusia, finansial, fisik dan lainnya dengan
menjadikan Islam sebagai landasan dan pemandu dalam praktek operasionalnya
untuk mencapai tujuan organisasi (pendidikan Islam) dalam berbagai jenis dan
bentuknya yang intinya berusaha membantu seseorang atau sekelompok siswa dalam
menanamkan ajaran dan atau menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam.
Manajemen pendidikan adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja
sama kelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan
efisien. Tidak dapat disangkal lagi manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh,
memengaruhi, dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia
layaknya darah dan raga. Juga telah dimengerti bahwa dengan manajemen, manusia
mampu mengendalikan kemampuannya berikut kelebihannnya dan kekurangannya. Untuk
mencapai tujuannya, pendidikan Islam harus memiliki manajemen yang baik dan
terarah.
BAB III
PENUTUP
D.
Kesimpulan
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses
penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya
manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam
secara efektif dan efisien.
Dasar
manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Qur’an,
As-Sunnah dan Atsaar serta perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Manajemen Pendidikan merupakan faktor
yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah
yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan. Manajemen pendidikan
adalah suatu proses atau sistem pengelolaan Manajemen pendidikan sebagai suatu
proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan dalam kaitannya
dengan suatu sistem pendidikan. Kegiatan pengelolaan pada suatu sistem
pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik.
Manajemen pendidikan Islam dapat
didefinisikan sebagai sebentuk kerja sama untuk melaksanakan fungsi-fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia
dan kepegawaian (staffing), pengrahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan
(contolling) terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya manusia, finansial, fisik dan lainnya dengan menjadikan Islam
sebagai landasan dan pemandu dalam praktek operasionalnya untuk mencapai tujuan
organisasi (pendidikan Islam) dalam berbagai jenis dan bentuknya yang intinya
berusaha membantu seseorang atau sekelompok siswa dalam menanamkan ajaran dan
atau menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam.
E. Kritik dan Saran
Kami
penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah tersebut. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,
untuk membangun kesempurnaan makalah yang kami buat.
DAFTAR
PUSTAKA
Bacal, Robert. 2001. Performance Management. Terj.Surya
Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Marno dan Supriyatno Trio, 2008, Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam, Bnadung, PT Refika Aditama.
Nanang Fattah, 2011, Landasan Manajemen Pendidikan,
Bandung, PT Remaja Resdakarya Off set.
Supriyatno Trio dan Marno, , Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam, Bnadung, PT Refika Aditama. 2008.
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta, Prenada Media Group,
2009. Cet.1.
Tampubolon,
Profesi Manajemen, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2009.
Malayu Hasibuan,
Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara:
Jakarta), 2005.
Trisnawati
Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta).
Muhammad,Quthb, Sistem Pendidikan Islam,
Bandung: Al-Ma’arif, 1999. Cet 1.
Marno
dan Supriyatno Trio, , Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,
Bnadung, PT Refika Aditama. 2008.
Sudarmiani,
dkk. Manajemen Pendidikan
/Administrasi Pendidikan UPI,
Bandung, Alfabeta:, 2010.
Eka Prihatin, Teori Administrasi pendidikan,
Bandung, ALFABETA, 2011 hal. 8.
Prasetyo
Danang,. Pengelolaan Sekolah Islam Terpadu
dalam Perspektif Administrasi Pendidikan.Yogyakarta, 2011.
Hartati
Sukirman,.Administrasi Supervisi
Pendidikan. UNY Press :Yogyakarta
Daulay Putera, Pendidikan Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakrta: Prenada, 2004 Cet. 1.
yusak. Burhanuddin, Administrasi Pendidikan,
Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Ngalim. Purwanto, Administrasi Pendidikan dan
Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007.
Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah,
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012.
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: konsep,
strategi dan aplikasi, Yogyakarta: teras. 2009.
[1] Supriyatno Trio dan Marno, Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung, PT Refika Aditama. 2008, hlm. 53.
[2] Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta, Prenada Media Group,
2009. Cet.1. hal. 64.
[4] Hasibuan, Malayu, Manajemen
Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara: Jakarta), 2005, hal. 37
[6] Opcit. Hal 23.
[7] Muhammad, Quthb. Sistem
Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1999. Cet 1. Hal 12.
[8] Ibid hal 55.
[9] Supriyatno Trio dan Marno, , Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bnadung, PT Refika Aditama. 2008, hlm. 53.
[10] Sudarmiani, dkk. Manajemen
Pendidikan /Administrasi Pendidikan UPI, Bandung, Alfabeta:, 2010 hlm. 23.
[11] Prihatin Eka, Teori Administrasi
pendidikan, Bandung, ALFABETA, 2011 hal. 8.
[12]Danang, Prasetyo. Pengelolaan Sekolah
Islam Terpadu dalam Perspektif Administrasi Pendidikan.Yogyakarta, 2011
hal. 34.
[14] Fattah Nanang,, Landasan Manajemen Pendidikan,
Bandung, PT Remaja Resdakarya, 2011 hlm. 76.
[15]
Opcit. Hal 53.
[16]
Ibid hal 67.
[17]
Putera Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, Jakrta: Prenada, 2004 Cet. 1 hal 67.
[18] Ibid. 23.
[19] Burhanuddin, yusak. Administrasi
Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2005 hal. 9.
[20] Purwanto, Ngalim. Administrasi
Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007 hal.
23.
[21] Marno, Islam By Management and
Leardership,Jakarta: Lintang pustaka, 2007 hlm.1.
[22] Fauzi Imron, Manajemen
Pendidikan ala Rasulullah, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012 hlm. 67.
[23] Robert Bacal, Performance Management, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 54.
[24] Fattah Nanang,, Landasan
Manajemen Pendidikan, Bandung, PT Remaja Resdakarya, 2011 hlm. 46.
komentar anda sangat berguna bagi perkembangan blog kami EmoticonEmoticon